Apa tho ini
maksudnya....????
Hehehehe... ya berterima
kasih... mengucapkan terima kasih pada tubuh kita, karena mereka selalu setia
bekerja dan bergerak untuk kita. Hayooo.... terpikir tak sebelumnya? Ada yang
bilang tidak terpikir, ada yang bilang sudah terpikir siiih... ada yang
bengong... bingung.. kenapa harus begitu ya?
Hehehehe... tidak
masalah.... tidak apa-apa.. hayo sekarang kita ulas bersama ya....
Begini...
Coba deh kita baca lagi
artikel yang berjudul : Segelas Ari Putih di pagi hari... disitu dituliskan...
Heeem.... bayangkan bila tiba-tiba jantung mengajukan proposal pada kita...
"pak, bu, mbak, mas... saya cuti dulu ya... capek nih berdenyut
terus...." walaaaah.... kita pasti sudah bisa bayangkan... apa yang terjadi
kaaan...? Naaah... mulailah untuk berterima kasih pada seluruh tubuh kita.
Sedetikpun mereka gak pernah berhenti bekerja lho... dan mereka semua bisa
diajak bicara kok....
Nah... sebelum kita
berpanjang cerita... saya mau menyampaikan cerita. Begini ceritanya. Ada sebuah
keluarga, yang tinggal disebuah perumahan. Kehidupan sehari-harinya dibantu
oleh seorang pembantu rumah tangga. Pembantu tersebut pembantu yang tinggal
didalam rumah itu juga, sehingga tanpa disadari, bahwa jam kerjanya tidak
terhingga. 24 jam plus mungkin ya... Naaaah.... karena pembantu rumah tangga
itu sudah terbiasa melakukan seluruh pekerjaan rumah, maka sang majikan tidak
merasa perlu lagi untuk mengucapkan terima kasih pada sang pembantu, karena
dianggapnya memang sudah tugasnya. Dan pembantu sendiri juga tidak lagi
mengharapkan ucapan terima kasih pada majikannya, karena yaaa... memang merasa
sudah tugas dia. Malah kadang, sebagai majikan merasa sah-sah saja untuk marah,
apabila sang pembantu tidak dapat menjalankan apa yang ditugaskan sesuai dengan
keinginan majikan. Toh sudah bayar. Dan sebaliknya karena sudah keseringan
marah, maka sang pembantu melakukan pekerjaannya juga sudah robotik saja... ya
sudah begini aja.. daripada kena marah, yang penting saya sudah lakukan.
Heeeem.... kenapa saya katakan robotik... karena tidak ada hati disana... sang
majikan memperlakukan pembantu tanpa hati, dan pembantupun melakukan
pekerjaannya tanpa hati.
Heeeem.... dari cerita
diatas, bagi beberapa orang mungkin sah-sah saja sih... kita sudah bayar kok...
mari kita pekerjakan dia sesuka hati. Demikian juga dengan pembantu, baiklaaah,
saya sudah dibayar. Tapi salah melulu... gak pake terima kasih lagi... ya
sudahlah... yang penting saya bikin kopi tiap pagi, nyapu, ngepel, nyuci...
bersih apa enggak .... ya sudah gitu aja. diterima sukur... diomelin ya ...
tebelin kuping aja... Heeem.... apa yang seperti ini yang kita inginkan? Buat
saya kok tidak ya... Mungkin akan berbeda apabila, sang majikan memperlakukan
pembantunya dengan baik, maksudnya baik disini juga proporsional lho ya....
jangan overacting juga.... dalam arti, ada ucapan atau ungkapan terima kasih, pada
saat pembantu melakukan pekerjaannya dengan baik. Dengan perlakukan demikian
itu, tentu saja kemudian sang pembantu juga akan melakukan pekerjaannya tidak
semata-mata untuk sekedar asal semua pekerjaannya selesai, tetapi dia akan
melibatkan hatinya dalam melakukan pekerjaannya dan merasa bahwa pekerjaan itu
adalah tanggung jawabnya, sehingga dia melakukan semua pekerjaan dengan penuh
tanggung jawab dan senang melakukannya, tanpa beban. Heeeem.... coba mana yang
anda pilih?
Naaah itu pula yang terjadi
dengan tubuh kita. Sejak kita mulai sadar dengan kehidupan kita, kita tidak
lagi menyadari bahwa seluruh organ tubuh kita ini sudah sejak kita masih
dijanin mendampingi dan membantu kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Seakan-akan itu memang sudah tugasnya untuk hidup dan bekerja, supaya kita
tetap dapat hidup. Tapi pernah tak? Sekaliiii saja kita berpikir bahwa kita
juga patut dan sangat perlu untuk mengucapkan terima kasih pada seluruh tubuh
kita beserta sistemnya ini. Jelas... jelas perlu. Harus malah... kita harus berterima kasih pada seluruh tubuh
kita beserta seluruh sistemnya ini. Supaya apa? Supaya tubuh kita dan seluruh
sistem yang bekerja ini semakin giat bekerja dengan baik dan dia tidak akan
rewel. Heeem apa ya maksudnya rewel? Disini yang dimaksud dengan rewel adalah
sakit atau bermasalah. Kita hanya peduli pada saat jantung kita sakit. Kita
hanya sibuk pada saat paru-paru kita bermasalah. Dan malah repotnya lagi, kita
menjadi kesal dan marah pada saat kita divonis mengidap sebuah penyakit
tertentu. Tapi pernah tak? Kita berpikir bahwa kenapa sih...??? Kok si jantung
bisa sakit? kenapa sih?? si paru-paru bisa bocor...??? Naaah kaaan....? Kita
baru terusik, saat organ kita bermasalah. Tapi kita tidak pernah menyadari
bahwa mereka sebenarnya sudah mati-matian bekerja untuk kita, tanpa sedikitpun
ucapan terima kasih atas apa yang telah mereka lakukan untuk kita. Heeem.... Mudah-mudahan
paham ya rekan-rekan The New You dengan analogi yang saya sampaikan ini.
Jadi.... Pertama yang harus
kita sadari bahwa, tubuh kita ini terus menerus hidup, terus menerus bergerak
dan terus menerus bekerja. Otak dengan tugasnya, jantung dengan tugasnya juga,
paru-paru, ginjal, lambung, daaaaan semua-semua itu lah.... tidak pernah
berhenti barang sedetikpun. Tentu rekan The New You paham ya ... apa yang akan
terjadi bila ada yang berhenti bekerja didalam tubuh kita. Walau yang berhenti
karena rusak itu hanya kecil saja, tetapi efeknya luar biasa. Apalagi bila
berhenti semuanya.
Kedua, penting untuk
diketahui bahwa semua sel yang ada didalam tubuh kita bisa diajak bicara,
diajak berkomunikasi. Mosok sih? Lhaaa.... wong tanaman saja bisa diajak bicara
kok... apalagi tubuh kita sendiri. Kenapa saya begitu yakin? Hal ini saya
buktikan sendiri dengan melakukan penelitian kecil-kecilan, yang saya ambil
dari penelitian seorang ahli dari Jepang. Dari penelitian itu, saya membuktikan
bahwa memang sungguh kita dapat menyalurkan energi kita terhadap sesuatu, baik
benda mati, apalagi benda hidup. Sungguh luar biasa, dari hasil penelitian saya
itu terbukti bahwa benarlah demikian adanya. Jadi jangan diragukan lagi bahwa
kita bisa berbicara langsung dengan tubuh kita ini, dan tubuh kita akan pula dengan
segera meresponnya, sesuai dengan pesan dan vibrasi yang kita sampaikan.
Dari gambar diatas, terlihat
bahwa saya menyiapkan 3 toples yang diisi dengan beras dan air, dengan
pembagian sebagai berikut :
1
toples ditandai dengan tulisan LOVE, CARE
1
toples ditandai dengan tulisan HATE, DISAPPOINT
1
toples ditandai dengan tulisan IGNORE.
Apa yang saya lakukan dengan
toples-toples itu?
Setiap pagi saya menyapa
toples LOVE dan CARE dengan sapaan kasih. Selamat pagi sayang, i love you, dan
kata-kata kasih lainnya. Lalu saya maki toples kedua yang bertuliskan HATE dan
DISAPPOINT dengan kata-kata kasar, penuh emosi, kekecewaan, kemarahan dan
kata-kata rusak lainnya. Sedangkan Toples terakhir tidak saya hiraukan
jangankan melihat, saya lirikpun tidak. Dari ketiga toples itu ternyata
sungguh, bahwa beras yang ada didalam toples LOVE and CARE tetap berwarna
putih, toples kedua, beras menjadi sangat rusak, hitam berkerak, berjamur dan
toples ketiga, beras berubah menjadi coklat, dan pula rusak, walaupun
kondisinya lebih baik daripada toples kedua.
Heeeeem... pembuktian inilah
yang kemudian semakin meyakinkan saya, bahwa sungguhlah benar adanya, bahwa ada
sambung energi antara kita dengan toples-toples itu. Sungguh dahsyat....
Lalu...??
Apanya yang lalu? ya hayooolah... segera sampaikan ucapan terima kasihmu pada
seluruh tubuh. Mulailah dari sekarang... sebelum mereka minta cuti dari
kehidupan kita. Bisa fatal kan...??? Bagaimana caranya? Heeeem ya bicaralah
dengan mereka... sampaikan terima kasih kita pada mereka. Aaaah... nanti
ditertawakan orang kita seperti orang gak beres bicara sendiri. Heeeem....
tidak perlu berteriak-teriak kok bicaranya... dalam hatipun mereka sudah bisa
menerima energi kita. Yang penting, kita selalu melibatkan mereka dan
mengucapkan terima kasih, karena tubuh kita sudah bekerja keras untuk kita di setiap
detik kehidupan kita.
Kalau mau tahu bagaimana
persisnya.... heeeem... hayo daftar di Workshop SELF HEALING...
Demikian rekan The New You...
segeralah sampaikan ucapan terima kasihmu... Tidak ada yang terlambat...
Salam
Endang
Moerdopo
Mampang,
16 Juni 2014